Artikel
"Ngabekong" Tradisi Penyemaian Yang Masih DI Lestarikan di Desa Pulosari
Desa Pulosari yang terletak di kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung merupakan desa agraris, karena tanah di sini sangat subur sehingga cocok ditanami berbagai macam sayuran jenis holtikultura. Maka dari itu mayoritas warga di desa ini bekerja sebagai petani. Namun tidak sama seperti petani pada umumnya. Petani di desa Pulosari mempunyai tradisi yang unik yaitu ngabekong.
Ngabekong adalah istilah bahasa Sunda yang berarti proses pembibitan menggunakan daun pisang atau daun bambu sebagai wadah untuk pupuk. Ngabekong bertujuan untuk memudahkan pemindahan tanaman dari sebaran ke lahan dan juga membantu proses pertumbuhan akar agar lebih kuat atau lebih baik dibandingkan tidak di-bekong. Proses ngabekong ini sangatlah mudah, kita hanya harus menyiapkan daun pisang atau daun bambu tetapi pada umumnya warga di sini menggunakan daun pisang karena mudah dibentuk, siapkan juga bambu kecil atau seumat (sebutan warga di sini) untuk menusuk daun pisang yang akan dibentuk campuran yang akan dimasukan ke dalam daun pisang ini adalah pupuk kandang dan tanah. Bentuk daun pisang melingkar lalu tusukan ujung daun pisang dengan bambu kecil. Setelah itu masukan campuran yang sudah dibuat ke dalam daun pisang lalu masukan bibit yang akan ditanam.
Proses ngabekong ini tidak berlaku untuk semua tanaman, hanya bisa digunakan untuk tanaman tertentu saja diantaranya, pecay (sawi putih), kol dan tomat. Tidak jarang juga digunakan untuk cabai. Tetapi tanaman yang sering menggunakan metode ngabekong adalah tomat. Tomat merupakan tanaman yang bisa sering kita jumpai di desa ini, alasan utama kenapa tomat harus di-bekong adalah akar tomat ini mudah rusak atau layu.
Mayoritas warga di Desa Pulosari menganggap bahwa metode ngabekong ini mempermudah kerja mereka dalam menghasilkan tanaman yang bagus untuk dipasarkan. Metode ini bisa kita gunakan selain untuk menghasilkan tanaman yang bagus, bisa juga untuk mempertahankan tradisi yang ada di desa ini agar tidak punah.
Oleh Koresponden